Rindu

Rindu

Author

Twelveblossom

Cast

Kris & Lula (OC)

Rated PG-15

Length 673 wc

Genre Romance & Fluff

“Aku merindukanmu.”

Sebaris kalimat dengan intonasi pelan, menyambut pria itu ketika merajut langkah mendekati ranjang.

Suara yang syarat akan kerinduan bermuara dari seorang gadis. Ia tenggelam di dalam selimut putih hangat. Menunggu kehangatan lain meluncur ketika kekasihnya membalas ungkapan sederhana itu.

“Aku juga merindukanmu,” ujar Kris, membimbing gadisnya yang semula berbaring menjadi terduduk. “Ini sudah larut malam, Lula. Kenapa belum tidur?” Kris melanjutkan.

Lula menyisipkan senyuman manis di tengah-tengah jawabannya. “Aku menunggumu.” Gadis itu menepuk ruang kosong di sampingnya, secara non-verbal meminta Kris ikut duduk dan langsung dituruti.

“Terdengar seperti rayuan,” gumam Kris. Ia menerima pelukan dari Lula, membiarkan surai kekasihnya menggelitik dagunya. Kris merasakan Lula sedang menghirup udara banyak-banyak di dekapannya. Seakan-akan, menumpahkan semua kerinduan dalam helaan serta tarikan nafas.

“Aku bau, sayang,” tegur Kris. Lula cekatan menegakkan posisi. Mengamati Kris lekat-lekat. Pria itu belum menanggalkan baju kerja. Masih dengan kemeja putih yang digulung, dasi telah dilonggarkan, dan celana kain hitam. Well, Lula berlama-lama menatap mata hitam yang berkilat tegas, sekaligus lembut. “Justru, aku suka baumu yang seperti ini. Tidak ada parfum. Baumu yang asli.”

Kris meraih punggung tangan Lula, kemudian mengecupnya. “Aku mencintaimu, Love.” Kris menambahi.

Gadis itu tertegun sejenak. Rasa bibir Kris di punggung tangannya, membuat Lula ingin merasakan sesuatu yang lebih. “Tiga hari tidak melihatmu, membuatku berulah ganjil.”

“Bisa beritahu aku, ganjil menganologikan apa?” tanya Kris.

Ada jeda sesaat. Hanya diisi permainan Lula pada jemari Kris, membuka dan menutupnya. Bermain sembari berpikir.

“Ganjil. Merindukanmu setiap saat. Itu ganjil, menurut versiku,” kata Lula. Gadis itu menelusuri rahang kekasihnya yang tegas dengan telapak tangannya. Desiran terasa di sepanjang kulitnya, membuat Lula memejamkan mata.

Kris halus. Lembut. Janji kenyamanan itu semakin merayap ke puncak, saat Lula merasakan Kris menurunkan tangan kekasihnya. Menggantikan kedekatan mereka dengan kecupan pria itu di kelopak mata Lula. Beranjak ke hidung, kemudian di sudut bibir Lula. Berhenti.

Tidak ada kecupan di bibir. Lula kecewa.

“Kita terlihat seperti, pemain drama picisan,” Kris berkata, ada nada jenaka di dalam kalimatnya.

“Eum, itu bukan gayamu.” Lula menimpali. Ia cemberut, tetapi tidak lama. Apalagi, ketika Kris menggosokkan hidungnya dengan hidung Lula. Menggelitik.

Kris terkekeh, “Selalu menjadi gaya favoritku. Jika, itu membuatmu jatuh cinta.”

“Jatuh berkali-kali,” sela Lula tidak sabar. Tangannya bergerak menarik kerah kemeja Kris. Mencari apa yang sedari tadi membuatnya bergairah. Mengecup pelan, melumat dalam-dalam. Napasnya menggapai-gapai. Lula tenggelam dalam lecutan jantung. Seperti, menemukan obatnya, Lula hanyut.

Sedalam-dalamnya.

Kecupan itu tiba-tiba terputus. Kris menjauhkan bibir mereka. Sebagai gantinya, ia mengecup pipi Lula sekilas. “Kalau yang tadi berlanjut. Kita tidak akan dapat berhenti.”

Lula mengangguk. Gadis itu menarik nafas banyak-banyak, mengisi kembali paru-paru dengan oksigen. “Merindukanmu membuatku gila.” Sekali lagi Lula merajuk. “Merindukanmu, membuatku berpikir yang tidak-tidak.” Gadis itu melanjutkan.

Tangan Kris bergerak membenahi piama beruang Lula yang kusut akibat kegiatan sebelumnya. “Now, you’re making me desperate, Baby.”

Lula memberikan tatapan bertanya. Seharusnya, Lula yang putus asa, bukan Kris.

Sebagai jawaban Kris hanya menyisir surai sebahu Lula. Menikmati kehalusan gadisnya yang tersentuh ujung jemari. Begini saja tidak akan cukup.

Lula tidak sabar. Lula ingin lebih dari segala sentuhan main-main yang digelontorkan Kris sedari tadi pada tubuhnya. Sekarang, aksi diam kekasihnya, membuat Lula gemas. “Tell me what to say. What can I say to make you want me that way I want you?” tanya Lula.

Kris mengangkat sudut bibirnya, tampan. Ia menatap lekat-lekat Lula sebelum menjawabnya dengan gerakan membaringkan gadisnya ke ranjang.

“That worked.”  Pria itu tak menolak.

Kris berada di atas Lula. Bukan Lula yang memulainya terlebih dahulu, kali ini. Kecupan itu, terasa menuntut dari pihak Kris. Tidak ada toleransi. Lula tahu, mereka tak akan berhenti. Dipertegas dengan lengan Lula yang bergelayut posesif di leher Kris.

Di bibir kekasihnya, Kris berujar dengan hati-hati. “There isn’t a word for you that means enough, because you’re everything to me.” Pria itu melanjutkan ucapannya disela penarikan napas keduanya. “I missed you, Baby. Always.”

Jantung Lula bertalu-talu. Tidak ada yang lebih manis dari bibir Kris, juga kalimat rindunya.

I love you, Lula.”

Dan kalimat cintanya… Membuat Lula lupa segalanya.

-oOo-

a/n:

Kangen berat sama Kris. Oh ya, dialog dalam Bahasa Inggris terinspirasi dari Novel berjudul Through The Ever Night.

Terimakasih sudah membaca <3.

38 thoughts on “Rindu

  1. kaiffeine97 says:

    Ini… jadi ceritanya tadi lagi baper gara” liat weibo kris yang isinya taken” gitu yakali dia udah taken sama Lula XD
    Eh ketemu ff ini, jadi makin kangen.ceritanya manis, mayan buat penganter tidur hahaha
    Anyway aku reader baru, salam kenal ^^

  2. peachvil says:

    tuh kan jadi kangen abang krisseu. aku kan mau move on #plak kak titis tanggung jawablah huhuhuhu

    gaya bahasanya suka kak suka! suka banget dialog merek yg pake bawa2 drama picisan dan itu bukan gaya kris banget. AAAAAAAAA abang krisseu.

  3. dede aim says:

    lula macem aku yang rindu2 jadi gila jadi depresi macem orang gila, ini curhatanmu juga kan tisss? kamu jadi kyk orang gila karena rindu??????

  4. faridarahma41 says:

    ahhh eonni jd kangen kris , eon aku suka banget ama kata2 ff yg eonni buat , tulisanya itu bener2 enak di baca , semoa ff yg eooni buat udah aku baca , malah aku selalu baca lebih dari 5 kali , terinsprsi dari siapa si eon ??eonni i love

Leave a reply to twelveblossom Cancel reply